Tergelitik juga buat sedikit ngebahas perhelatan Piala Dunia Rusia 2018, yang menampilkan banyak kejutan. Kejutan terbesar mungkin adalah melihat terdepaknya Jerman di fase group, bahkan menduduki posisi juru kunci group dibawah Swedia, Meksiko dan Korea Selatan! Kejutan lainnya yang buat saya termasuk kejutan yang “menyenangkan” adalah lolosnya Inggris ke perempat final! 🙂

Saya adalah pendukung Inggris sejak jaman baheula, tepatnya sejak Piala Dunia Meksiko 1986. Piala dunia yang dikenal dunia dengan Hand of God-nya Maradona saat mencetak gol ke gawang Inggris di babak perempat final. Skuad Inggris di piala dunia itu sebenarnya cukup menjanjikan. Poros Peter Shilton – Terry Butcher – Glenn Hoddle – Gary Lineker, menawarkan kesolidan di lini belakang, kreatifitas di lini tengah dan tajam di lini depan. Cuman sayang, kiprahnya terhenti oleh Argentina dengan duet lini depan andalannya, Diego Maradona – Jorge Valdano yang disokong oleh Jorge Burruchaga dari lini tengah di pertandingan perempat final yang tersohor tersebut.

Piala Dunia Italia 1990 adalah pencapaian terbaik Inggris setelah menjadi juara dunia di tahun 1966. Masih mengandalkan Gary Lineker sebagai ujung tombak, Terry Butcher di jantung pertahanan dan Peter Shilton di bawah mistar, kali ini lini tengah Inggris diperkuat David Platt dan Paul Gascoigne. Saat itu Inggris mampu mencapai semifinal sebelum dikalahkan Jerman (Barat) melalui adu penalti.

Setelah itu prestasi Inggris di Piala Dunia naik turun dengan capaian terbaik hanya menjejak perempat final, bahkan tidak lolos di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat!

Memasuki Piala Dunia Rusia 2018, sebenarnya saya cukup pesimis dengan peluang Inggris. Inggris membawa pemain dengan rataan usia termuda kedua (setelah Nigeria) di dengan rata-rata usia 26 tahun. Bukan hanya dari sisi usia, tapi dari sisi pengalaman bertanding melihat pemain macam Jordan Pickford, Harry Maguire, John Stones, Dele Alli, Eric Dier, Ruben Loftus-Cheek dan Trent Alexander-Arnold mengenakan jersey The Three Lions membuat saya agak khawatir dengan kiprah Inggris di Piala Dunia 2018 ini. Buat saya, mungkin hanya Harry Kane yang cukup meyakinkan di skuad Inggris kali ini, dan mungkin itu alasan Gareth Southgate menyematkan ban kapten pada striker Tottenham Hotspur ini.

Dengan skuad seperti itu, saya pesimis Inggris dapat melangkah jauh di perhelatan pesta bola tahun ini. Tapi faktanya, Inggris mampu masuk ke babak 8 besar yang mana tim sekelas Jerman, Spanyol, Portugal dan Argentina pun tidak mampu menembusnya. Di perempat final, Inggris akan menghadapi Swedia, jika menang, Kroasia atau Rusia telah menunggu di babak semifinal. Dan jika kembali berhasil menang, tim kuat macam Uruguay, Belgia, Perancis atau Brazil akan menjadi lawan Inggris di final!

Keberhasilan Inggris maju ke perempat final setelah mengalahkan Kolombia melalui adu penalti membuka harapan fans Inggris untuk kembali berekspektasi tinggi akan laju Inggris di piala dunia kali ini, karena selama ini adu penalti sudah semacam mimpi buruk akut bagi Inggris. Optimisme muncul dimana-mana, teriakan “Football is Coming Home” bergema di media-media. Bahkan pelatih sekaliber Arsene Wenger mengunggulkan Brazil, Perancis atau Inggris yang akan menjuarai piala dunia kali ini.

Entahlah, tapi mungkin dengan bermain tanpa beban dan tidak ditempatkan sebagai unggulan utama yang membuat pemain-pemain muda Inggris dapat mengeluarkan seluruh potensinya untuk setidaknya dapat lolos kembali ke semi final, final dan bahkan menjadi juara Piala Dunia 2018!

Apapun itu, saya sebagai pendukung Inggris tentu berharap Inggris dapat melangkah sejauh mungkin bahkan menjadi juara di piala dunia kali ini. Namun, dengan melihat skuad dan permainan Inggris serta permainan lawan-lawan yang akan dihadapi Inggris di fase knock-out ini, sikap pesimis saya kembali muncul. Football is coming home. Seriously?

Semoga saya keliru 🙂 Come on England!