Rektor (di Inggris dikenal dengan nama Vice-Chancellor), merupakan jabatan tertinggi dalam sebuah institusi pendidikan tinggi. Begitu tingginya jabatan ini sehingga cukup jarang mahasiswa mempunyai kesempatan untuk berdialog akrab dengan rektor di tempat kita kuliah. Di tanah air, saya secara pribadi belum pernah berdialog akrab dengan rektor tempat saya kuliah. Namun beberapa hari yang lalu, saya termasuk orang yang cukup beruntung dapat berdialog akrab dan hanya berdua dengan Vice-Chancellor University of Gloucestershire, Stephen Marston, dalam acara International Merit Scholarship Reception yang diadakan di The Park Campus, University of Gloucestershire.
Dengan usia yang sudah cukup tua, ditambah dengan perawakan beliau yang tinggi dan kurus rasanya banyak orang yang tidak akan menduga bahwa beliau adalah seorang Vice-Chancellor. Walaupun hanya sekitar kurang dari 10 menit, namun pertemuan dan dialog singkat dengan beliau memberikan kesan mendalam akan sosok Vice-Chancellor alumni dari University of Cambridge ini. Hangat, rendah hati, murah senyum dan cukup tahu tentang Indonesia adalah kesan yang saya tangkap dari Vice-Chancellor yang baru menempati posisinya sekitar 8 bulan yang lalu ini.
Gaya bicara, bahasa tubuh dan ekspresi wajah beliau sangat menghargai lawan bicaranya, tidak ada jarak antara Vice-Chancellor dengan mahasiswa, bahkan posisi tangannya yang sering ditempatkan di bagian depan tubuhnya dengan tangan kanan menggenggam tangan kiri (seperti posisi tangan pada sikap “istirahat di tempat”, namun ditempatkan di bagian depan tubuh), membuat kita sebagai lawan bicaranya jadi kadang grogi juga karena malah beliau yang lebih rendah hati dibanding kita. Beberapa kali mengucapkan terima kasih menunjukkan betapa beliau sangat menghargai lawan bicaranya. Senyumnya yang terlihat tulus dan tidak dibuat-buat pun membuat kita lebih respek lagi dengan beliau.
Ah..tampaknya ilmu padi, “semakin berisi, semakin merunduk” sangat tepat ditujukan kepada beliau.
Mr Marston, I salute You..